Sabtu, 11 November 2017

Muslim

Muslim

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Untuk kegunaan lain dari Muslim, lihat Muslim (disambiguasi).
Muslim (bahasa Arabمسلم Muslim) adalah secara harfiah berarti "seseorang yang berserah diri kepada Allah", termasuk segala makhluk yang ada di langit dan bumi.[1] Kata muslim kini merujuk kepada penganut agama Islam saja, kemudian pemeluk pria disebut dengan Muslimin (مسلمون) dan pemeluk wanita disebut Muslimah (مسلمة‎) adalah sebutan untuk wanita Islam.
Al Qur'an menjelaskan tentang semua nabi dan rasul adalah sebagai Muslim, dari AdamNuhIbrahim,[2] MusaIsa dan Muhammad. Al Qur'an menyatakan bahwa mereka adalah Muslim karena mereka hanya berserah diri kepada Tuhan, memberikan firman, dan menegakkan agama Allah. Demikian pula dalam surah Al-Imran dalam Al-Qur'an,
Umat Muslim meyakini bahwa Allah adalah zat kekal, yang memiliki semua sifat ke-Maha-an, tidak tertandingi, mandiri, tidak melahirkan, dan tidak pula diperanakkan, mereka meyakini doktrin atau aqidah ketauhidan (monoteisme).
Muslim selalu melakukan salat lima kali dalam sehari sebagai kewajiban dalam agama (fardhu), lima waktu salat ini adalah subuhdzuhurasharmaghrib dan isya. Ada juga salat khusus pada hari Jumat yang disebut sebagai Salat Jumat.

Demografi[sunting | sunting sumber]

Sekitar 13% Muslim dunia berada di Indonesia, yang merupakan negara dengan populasi muslim terbesar di dunia. Kawasan dengan persentase muslim yang cukup signifikan yakni,[3] 25% di Asia Selatan,[3] 20% di Timur Tengah,[3][4] 2% di Asia Tengah, 4% lainya di asia tenggara selain indonesia, dan 15% di Afrika Sub-Sahara.[3]Masyarakat yang dengan populasi cukup besar juga ditemukan di Cina dan Rusia dan di bagian dari Karibia. Mualaf, dan komunitas imigran bisa ditemukan di hampir setiap bagian dari dunia.
Populasi Muslim dunia menurut presentasinya (Pew Research Center, 2009).

Ibadahnya Kaum Muslim[sunting | sunting sumber]

Dalam Islam, ibadah yang ditentukan oleh Allah yaitu Shalat. Ada beberapa macam Shalat dalam Islam, yaitu:

  • Shalat Fardhu
Dalam Al-Quran, Shalat Fardhu itu ada 5 macam yaitu:

  • Shalat Sunnah
Shalat Sunnah ada dua kategori, yaitu Sunnah Muakadah dan 'Gair' Muakadah. Sunnah Muakadah yaitu shalat yang statusnya sangat dianjurkan. kedudukannya hampir setingkat Shalat Fardhu, tetapai tidak dapat disebut Shalat Fardhu. Sedangkan 'Gair' Muakadah yaitu shalat sunah biasa, dan kedudukannya di bawah Sunnah Muakadah. Ada beberapa Shalat sunnah yang disebutkan, yaitu:
  • Shalat Wudhu
  • Shalat Tahiyatul Masjid
  • Shalat Dhuha
  • Shalat Sunah Rawatib
  • Shalat Tahajud
  • Shalat Istikharah
  • Shalat Hajat
  • Shalat Mutlaq
  • Shalat Taubat
  • Shalat Tasbih

Sejarah Perang Uhud

Perang Uhud

tampilkan/sembunyikan detail
Pertempuran Uhud
Bagian dari Perang Muslim-Quraisy
Uhud.jpg
Gunung Uhud, lokasi pertempuran kedua antara Muslim dan Quraisy Mekkah.
Tanggal23 Maret 625
LokasiDi lembah yang terletak di depan Gunung Uhud, sekitar 5 mil dari Madinah
Hasilkemenangan Quraisy
Pihak yang terlibat
MuslimPersekutuan pimpinan Quraisy Mekkah
Komandan
MuhammadAbu Sufyan
Kekuatan
700 infanteri,
2 kavaleri
3,000 infanteri,
200 kavaleri[1]
Korban
7527
Perang Uhud adalah perang yang terjadi antara kaum muslimin dan kaum kafir Quraisy pada tanggal 22 Maret 625 M (7 Syawal 3 H). Pertempuran ini terjadi kurang lebih setahun lebih seminggu setelah Pertempuran Badr. Tentara Islam berjumlah 700 orang sedangkan tentara kafir berjumlah 3.000 orang. Tentara Islam dipimpin langsung oleh rasulullah sedangkan tentara kafir dipimpin oleh Abu Sufyan. Disebut Pertempuran Uhud karena terjadi di dekat bukit Uhud yang terletak 4 mil dari Masjid Nabawi dan mempunyai ketinggian 1000 kaki dari permukaan tanah dengan panjang 5 mil.

Pendahuluan

Rasulullah menempatkan pasukan Islam di kaki bukit Uhud di bagian barat. Tentara Islam berada dalam formasi yang kompak dengan panjang front kurang lebih 1.000 yard. Sayap kanan berada di kaki bukit Uhud sedangkan sayap kiri berada di kaki bukit Ainain (tinggi 40 kaki, panjang 500 kaki). Sayap kanan Muslim aman karena terlindungi oleh bukit Uhud, sedangkan sayap kiri berada dalam bahaya karena musuh bisa memutari bukit Ainain dan menyerang dari belakang, untuk mengatasi hal ini rasulullah menempatkan 50 pemanah di Ainain dibawah pimpinan Abdullah bin Zubair dengan perintah yang sangat tegas dan jelas yaitu "Gunakan panahmu terhadap kavaleri musuh. Jauhkan kavaleri dari belakang kita. Selama kalian tetap di tempat, bagian belakang kita aman. jangan sekali-sekali kalian meninggalkan posisi ini. Jika kalian melihat kami menang, jangan bergabung; jika kalian melihat kami kalah, jangan datang untuk menolong kami."
Di belakang pasukan Islam terdapat 14 wanita yang bertugas memberi air bagi yang haus, membawa yang terluka keluar dari pertempuran, dan mengobati luka tersebut. Di antara wanita ini adalah Fatimah, putri rasulullah yang juga istri Ali, sedangkan rasulullah sendiri berada di sayap kiri.
Posisi pasukan Islam bertujuan untuk mengeksploitasi kelebihan pasukan Islam yaitu keberanian dan keahlian bertempur. Selain itu juga meniadakan keuntungan musuh yaitu jumlah dan kavaleri (kuda pasukan Islam hanya 2, salah satunya milik rasulullah). Abu Sufyan tentu lebih memilih pertempuran terbuka di mana dia bisa bermanuver ke bagian samping dan belakang tentara Islam dan mengerahkan seluruh tentaranya untuk mengepung pasukan tersebut. Tetapi rasulullah menetralisir hal ini dan memaksa Abu Sufyan bertempur di front yang terbatas di mana infantri dan kavalerinya tidak terlalu berguna. Juga patut dicatat bahwa tentara Islam sebetulnya menghadap Madinah dan bagian belakangnya menghadap bukit Uhud, jalan ke Madinah terbuka bagi tentara kafir.
Tentara Quraish berkemah satu mil di selatan bukit Uhud. Abu Sufyan mengelompokkan pasukan ini menjadi infantri di bagian tengah dan dua sayap kavaleri di samping. Sayap kanan dipimpin oleh Khalid bin Walid dan sayap kiri dipimpin oleh Ikrimah bin Abu Jahal, masing-masing berkekuatan 100 orang. Amr bin Al Aas ditunjuk sebagai panglima bagi kedua sayap tetapi tugasnya terutama untuk koordinasi. Abu Sufyan juga menempatkan 100 pemanah di barisan terdepan. Bendera Quraish dibawa oleh Talha bin Abu Talha.

Sebab kemenangan dalam Perang Uhud[sunting | sunting sumber]

Peta pertempuran uhud
Kisah ini ditulis di Sura Ali ‘Imran ayat 140-179. Dalam ayat2 di Sura Ali ‘Imran, Muhammad menjelaskan kekalahan di Uhud adalah ujian dari Allah (ayat 141) – ujian bagi Muslim mu’min dan munafik (ayat 166-167).
"Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antaramu, dan belum nyata orang-orang yang sabar (ayat 142)? Bahkan jika Muhammad sendiri mati terbunuh, Muslim harus terus berperang (ayat 144), karena tiada seorang pun yang mati tanpa izin Allah (ayat 145). Lihatlah para nabi yang tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah (ayat 146). Para Muslim tidak boleh taat pada kafir (ayat 149), karena Allah Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut (ayat 151)." --
Ayat2 di atas tidak menunjukkan sebab yang sebenarnya mengapa Muhammad dan Muslim kalah perang di Uhud. Penjelasan yang lebih lengkap bisa dibaca di Hadis Sahih Bukhari, Volume 4, Book 52, Number 276
Sebagaimana manusia biasa, wajar bila seseorang terlupa akan sesuatu. Begitu juga pasukan yang berjaga di atas bukit Uhud. Mereka terlupa dan akhirnya turun ke lembah untuk mengambil hak pemenang perang. Melihat banyak pasukan dari pihak islam yang meninggalkan pos di atas bukit, Khalid bin Walid memerintahkan pasukan kafir yang tersisa untuk berbalik kembali dan menyerang pasukan islam. Pos di atas bukit direbut oleh kafirin dan pasukan islam yang tersisa di sana dibunuh, termasuk Hamzah paman rasulullah.

Senin, 14 Agustus 2017

10 Tips melupakan orang lain berdasarkan hukum islam

Melupakan seseorang khususnya orang yang disayangi adalah hal yang bisa dikatakan sulit, bahkan terkesan tidak mungkin. Pada dasarnya setiap perbuatan pasti akan memunculkan kenangan, entah itu kenangan manis maupun pahit. Islam sendiri mengajarkan kepada semua manusia untuk berukhuwah/bersaudara dan melarang permusuhan. Karena dengan bersama dan bersaudara maka dapat menciptakan kerukunan, kedamaian dan ketenteraman dalam menjalani hidup. Namun hal ini berlainan dengan kehidupan dan kepribadian masing-masing orang pada masa sekarang ini. Banyak yang sengaja menciptakan permusuhan dengan melakukan kerusuhan yang dapat menimbulkan terputusnya hubungan darah bahkan hingga pembunuhan.

Dalam hal ini islam adalah agama yang netral dan damai, tidak menginginkan adanya permusuhan. Islam adalah agama yang tunduk terhadap tuhan (Allah swt). Sehingga hal yang menjauhkan diri dari Allah maka itu bukanlah islam yang sebenarnya. Barang siapa berbuat sesuatu yang bisa menjauhkan diri dari Allah maka akan mendapat sanksi yang berat berupa dosa. Pada zaman sekarang telah rawan adanya hubungan antara sesama insan untuk saling menyayangi dan mencintai. hal tersebut sudah menjadi maklum karena pada dasarnya setiap orang pasti akan mencintai orang lain. Namun jika hal itu bisa membuat diri kita lupa kepada Allah, maka itu dilarang.

Berikut adalah 10 tips/cara yang bisa dilakukan untuk melupakan orang lain sehingga kita bisa lebih dekat dengan Allah :

1. Mohon kekuatan dari Allah SWT

Pada dasarnya setiap hal yang dimiliki oleh manusia adalah pemberian dari Allah, setiap hal yang terjadi adalah berasal dari kehendak dan kuasa Allah dan hanya kepada-Nya kita akan kembali.

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu sedangkan ia baik untukmu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu sedangkan ia buruk untukmu. Allah maha Mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui.”[2:216]

2. Perbanyak beribadah seperti sholat sunat dan membaca Al Quran

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ             
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.

Minggu, 10 Juli 2016

Mengenal sifat-sifat madzmumah (sifat tercela)

        Semakin banyak masalah, semakin rumit urusan dunia. Tetapi bagi orang-orang yang beriman, mereka semakin berhati-hati menjalani hidup ini. Di setiap gerak langkah selalu berusaha menjalankan yang terbaik, mencerminkan perbuatan sesuai dengan ajaran agama yang diridhai Allah.
        Orang yang membiasakan diri dalam berperilaku maupun bersifat terpuji, maka kelak akan mendapat panggilan dari Allah dan dimasukannya ke dalam surga yang penuh dengan kenikmatan.
        Sebaliknya orang-orang  yang memiliki sifat madzmumah dan melakukan perbuatan keji, maka kelak akan dimurkai Allah dan neraka adalah tempat seburuk-buruk baginya.
Allah berfirman :
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ ۖ  وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
 Artinya :
        Dan carilah apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan kebahagiaanmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS. Al-Qashash 77).
Menurut Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya’Ulumudin diterangkan tentang sifat Madzmumah ini. Diantaranya adalah :

1.  Mudkhilusy ‘alal qalbi (masuknya setan ke dalam hati).
2.  An-nafsu wa suu’lu khuluqi (nafsu yang menimbulkan budi pekerti buruk).
3.  Syahwataini (dua syahwat).
4.  Aafatul lisaaini (bahaya lisan).
5.  Ghadab wal hasud (marah dan dengki).
6.  Hubbud dunyaa (cinta dunia).
7.  Bakhil wa hubbul maal (bakhil dan cinta harta).
8.  Iljaahu war riyaa (gemar mencari muka/penjilat).
9.  Takabbur wal ‘ujub (sombong dan membanggakan diri).
10. Ghurur (memperdayakan­).
11.  Fawaahisy (dosa besar).