Senin, 06 Juni 2016

Pengertian dan sejarah ateisme

          Ateisme adalah sebuah pandangan filosofi yang tidak mempercayai dan meyakini adanya Tuhan. Orang yang tidak percaya adanya Tuhan disebut Ateis.
        Istilah ateis berasal dari bahasa Yunani (atheos), yang artinya merujuk kepada siapapun yang kepercayaannya bertentangan dengan agama. Orang yang pertama kali mengaku sebagai "ateis" muncul pada abad ke 18. Pada zaman sekarang, sekitar 2,3 % populasi dunia mengaku sebagai ateis, jika 11,9 % mengaku sebagai nonteis. sekitar 65 % orang Jepang mengaku sebagai ateis, agnostik, ataupun orang tak beragama, dan sekitar 48 % di Rusia.
          Banyak ateis bersikap skeptis kepada keberadaan fenomena paranormal karena kurangnya bukti empiris. Pada kebudayaan barat, ateis seringkali diasumsikan sebagai tak beragama. Namun beberapa sistem kepercayaan seperti agama Budha Theravada tidak memiliki kepercayaan terhadap tuhan, dan agama tersebut juga disebut sebagai ateistik. 
            Pada tahun 1772 Baron d'Holbach mengatakan bahwa ''Semua anak-anak dilahirkan sebagai ateis, karena mereka tidak tau akan Tuhan." George H. Smith (1979) juga mengatakan bahwa "Orang yang tidak kenal dengan teisme adalah ateis, karena ia tidak percaya pada tuhan. Pendapat ini dapat dikatakan menjadi sebuah dasar munculnya ateis. tetapi dikarenakan orangtua mereka mempunyai agama, maka pandangan ateis terhadap anak tersebut menjadi hilang dikarenakan anak tersebut mengikuti apa yang diyakini orangtuanya. "Fernanda Eko Aprilianto''. 
             Francis Jacob mengatakan "Sedikit pengetahuan menjadikanmu seorang ateis, pengetahuanmu yang mendalam menjadikanmu beriman kepada tuhan." Dari pernyataan tersebut maksudnya adalah bahwa semua yang dilakukan oleh masing-masing orang adalah tergantung pada keimanannya masing-masing. apabila iman lemah maka ia akan mendapatkan kedamainan yang salah, apabila iman kuat maka ia akan mendapatkan ketenangan dan kedamain kepada Tuhan (Allah SWT).